Selasa, 04 Juni 2013

Mandailing dan Minangkabau menyatu dalam harmoni lagu (musik)


Mahasiswa penulis karya seni: Sandra Syarif
Pembimbing I: Wimbrayardi, Dosen jurusan Sendratasik FBS UNP
Pembimbung II: Syeilendra, dosen jurusan Sendratasik FBS UNP
Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS
Universitas Negeri Padang
Email : anda_jazzy@yahoo.com


ABSTRACT
The artwork Gita Dua Budaya was inspired by the life journey of its composer that was born in the family which has two different cultures. They are Minangkabau and Mandailing existed among modern and heterogenic society. This musical artwork was aimed at : (1) combining two traditional arts, Minangkabau traditional art and Mandailing traditional art, that were generated from the traditional instruments of each culture and added by modern instruments. (2) raising love toward the traditional art of Minangkabau and Mandailing particularly for the young generations. (3) encouraging to do further study on traditional artworks in the archipelago. (4) Motivating the students of Drama, Dance and Music to find the positive experiences in improving the ability and the quality of playing music.

Kata kunci : Budaya, Kesenian, Mandailing, Minangkabau, Musik Tradisonal. 


A. PENDAHULUAN
Budaya adalah salah satu sumber utama dari sistem tata nilai yang dihayati dan dianut seseorang (Koentjaraningrat). Budaya itulah yang merupakan identitas dari suatu daerah. Karena budaya terlahir dari aspek kehidupan masyarakat dalam suatu daerah. Kebudayaan itu juga tumbuh dan berkembang sesuai dengan kehidupan dan pola pikir masyarakatnya. Contoh yang nyata dari perkembangan kebudayaan itu adalah dalam hal kesenian. Kesenian merupakan hasil imajinasi, gagasan, dan sentuhan tangan manusia yang berhubungan dengan keindahan. Kesenian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sehubungan dengan itu dapat dilihat bahwa dalam proses perkembangan kebudayaan, nilai estetika mempunyai kedudukan penting, dia bukan saja berupa ekspresi yang menyimak keindahan yang memperkaya batin, namun juga berfungsi sebagai media yang memperhalus budi pekerti.
Mandailing adalah nama sebuah suku bangsa yang mendiami wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan di provinsi Sumatera Utara. Menurut tradisinya, orang Mandailing menamakan wilayah etnis mereka Tano Rura Mandailing yang artinya Tanah Lembah Mandailing. Tapi nama yang populer sampai sekarang adalah Mandailing, sesuai dengan nama suku bangsa yang mendiaminya. Sedangkan Minangkabau adalah nama bentuk kebudayaan yang terdapat di provinsi Sumatera Barat. Masyarakat yang menganut kebudayaan ini disebut dengan orang Minang.
Masyarakat Mandailing juga mempunyai kesenian musik tradisional yang diwariskan secara turun-temurun yang mereka sebut dengan ungkapan “uning-uningan ni ompunta na parjolo sundut i”. Artinya adalah, seni musik dari para leluhur. Salah satu kesenian musik tradisional yang cukup terkenal dari mandailing adalah Kesenian gordang sambilan. Kesenian ini dimainkan dalam berbagai upacara adat dan ritual. Kesenian tradisional yang berupa musik juga banyak terdapat di Minangkabau, seperti Saluang, Dendang, Rabab, Salawat Dulang dan lain-lain. Kesenian ini selain untuk hiburan, juga berfungsi untuk upacara-upacara adat di Minangkabau. Pada kenyataannya, saat ini kesenian tradisional Minangkabau tersebut tidak hanya dimainkan dengan isntrumen musik tradisional saja, tetapi sudah dimainkan bersama dengan instrumen modern lainnya.
Karena pengkarya terlahir dari perkawinan silang antara orang Mandailing dan Minangkabau, dan hidup ditengah-tengah masyrakat kota yang heterogen inilah yang membuat pengkarya terinspirasi untuk menggarap sebuah karya musik memadukan kedua kebudayaan tersebut dengan garapan yang dimainkan dengan memakai alat musik modern tanpa menghilangkan karakter dari masing-masing budaya tersebut. Pengkarya mencoba menginterpretasikan suasana yang terjadi dalam kehidupan pengkarya yang terlahir dari perkawinan silang orang Mandailing dan orang Minangkabau yang hidup ditengah-tengah masyarakat kota yang heterogen.
Dari pernyataan diatas pengkarya berpendapat bahwa, masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda dapat hidup berdampingan dalam satu gologan masyarakat selagi masyarakat itu dapat saling meghargai satu sama lain. Hikmah yang dapat pencipta kutip dari hal ini adalah bahwa akan ada variasi dan semangat baru bagi dua kebudayaan yang hidup berdampingan ditengah-tengah masyarakat heterogen, dan budaya itu akan berkembang sesuai zaman, kebutuhan, pola pikir masyarakatya, serta pegaruh dari budaya asing. 

B. METODOLOGI KARYA SENI
Jhon E.Keammer didalam bukunya Musik In Human Life Antrhopological Perspective on musik 1993: 155 (Musik dalam kehidupan manusia, pandangan antropologi terhadap musik) menyatakan bahwa, makna musik pada dasarnya terdiri dari tiga macam. Musik sering mendapatkan makna berdasarkan apa yang dibunyikannya, yang dinamakan makna Simbolis atau makna referensial. Jenis makna kedua, yang dinamakan makna Estetis, makna non-referensial atau makna absolut, berkaitan dengan apa musik itu, yaitu apa yang disampaikan bunyi musik tersebut tanpa merujuk kepada sesuatu yang lain. Dalam masyarakat pada umumnya, makna utama musik adalah makna Pragmatis, artinya musik tersebut digunakan untuk mendapatkan keuntungan.
Ketika para antropolog mulai menjelajahi seluruh bagian dunia pada awal abad ke 20, para antropolog menemukan orang-orang yang sangat cerdas dan terbuka yang dengan serius mengungkapkan pandangan mereka mengenai dunia berdasarkan latar belakang yang diberikan oleh masyarakat mereka. Penemuan-penemuan ini menghasilkan kesimpulan bahwa proses-proses mental alami semua umat manusia pada dasarnya sama, dan bahwa cara orang lain melakukan sesuatu tidak mesti menunjukkan kurangnya kemajuan. Karena itu, muncul salah satu dari pandangan-pandangan utama antropologi: bahwa masyarakat dan kebudayaan seseorang sangat penting dalam menentukan apa yang dilakukan seseorang. Ini juga berlaku untuk tingkah laku yang menjadi ciri seluruh kelompok masyarakat, termasuk musik mereka. Fakta bahwa sebagian masyarakat di dunia memiliki bentuk-bentuk musik yang relatif sederhana tidak lagi dianggap disebabkan oleh ketidaktahuan atau kesalahan orang yang bersangkutan, tapi disebabkan oleh cara orang-orang di dalam berbagai masyarakat belajar memainkan dan memahami musik. Karena itu, penjelasan mengenai tradisi musik yang sangat beragam mulai dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan dalam latar belakang sejarah dan dinamika kehidupan di dalam masyarakat.
Cara membedakan masing-masing bagian musik juga merupakan salah satu aspek yang berbeda antar daerah dalam konsep mengenai musik. Dalam masyarakat Barat melodi dan ritme biasanya dianggap sebagai bagian yang sangat menentukan dalam sebuah lagu, dan walaupun orang dapat menempatkan kata-kata yang berbeda untuk sebuah lagu, namun lagu tersebut tidak dianggap sebagai lagu baru, tapi lagu yang sama dengan kata-kata baru. Sebagian masyarakat menganggap teks menentukan identitas sebuah lagu, walaupun nadanya sama untuk beberapa lagu (Feld, 1982:214).
Menurut Jhon E.Keammer Musik In Human Life Antrhopological Perspective on musik 1993:103, musik juga merupakan bagian dari kebudayaan ekspresif. Kebudayaan ekspresif tidak hanya terdiri dari ekspresi. Kebudayaan ini juga mencakup bentuk-bentuk sandiwara, cara mengkomunikasikan informasi, dan apresiasi estetika (nilai keindahan). Musik hanyalah salah satu dari beberapa cara manusia untuk menikmati semua ini. Kebudayaan ini juga mencakup olah raga dan pertandingan, cerita rakyat, agama, bahasa, sastra, seni, tari, dan teater. Musik sering berpadu dengan aspek-aspek kebudayaan ekspresif lainnya, yang sebagian di antaranya menimbulkan pengaruh terhadap musik.
Walaupun musik kadang-kadang dihubungkan dengan adaptasi lingkungan, musik memainkan peran yang jauh lebih besar dalam mempengaruhi tingkah laku individu dan cara-cara di mana interaksi manusia menghasilkan norma-norma sosial. Sistem saraf manusia, sebagai sistem alami lainnya, tidak hanya memerlukan pemeliharaan fisik, tapi juga suatu jenis integrasi (penyatuan) yang berarti atas pengalaman-pengalaman hidup pada diri setiap individu. Hubungan antara kehidupan sosial dan ketentuan sistem saraf manusia menggambarkan pertanyaan mengenai motivasi indvidual dan pembuatan keputusan.
Pemahaman yang lebih baik mengenai berbagai kegunaan dan fungsi musik akan menimbulkan pertimbangan mengenai apakah sebagian fungsi positif musik dapat memberikan sesuatu bagi kehidupan masyarakat. Musik dapat membantu masyarakat dengan menanamkan rasa kerjasama yang dapat menghadapi efek antisosial dari orang-orang yang bertindak menurut kata hatinya sendiri. Hal ini sangat penting bagi partisipasi efektif di dalam kehidupan dalam masyarakat yang kompleks. Musik juga membantu masyarakat melakukan adaptasi karena musik memberikan cara untuk mengurangi kebosanan dengan meningkatkan tantangan mental dan variasi dalam pengalaman hidup. Bila musik tersebut sederhana dan tidak berkembang, maka musik tersebut telah gagal berfungsi dalam hal ini.
Alasan penting mengenai usaha mempelajari proses-proses perubahan adalah mengetahui bagaimana perubahan positif dapat dihasilkan secara kreatif. Bila situasi yang ada memerlukan perbaikan, apa yang dapat dilakukan orang untuk menghasilkan perubahan positif. Bentuk-bentuk musik internasional jelas meningkat, dan diharapkan bahwa sejumlah bentuk musik yang kurang dikenal yang ada di dunia akhirnya akan memberikan sumbangan berharga terhadap khazanah musik dunia.

C. PEMBAHASAN
1. Gagasan Karya Seni
Seorang pencipta musik berkaraya untuk memenuhi desakan batin dan menciptakan wujud baru yang merupakan hasil tanggapan terhadap pengalaman hidup dari seorang pencipta. Pencipta mengembangkan potensi kreativitasnya yang didapat dari pengalaman hidup yang pernah dijalaninya dan ikut berinteraksi dalam lingkungan tersebut. Lingkungan membentuk dan mempengaruhi sifat serta kepribadian pencipta dalam menuangkan ide dalam karya.
Karya musik ini terinspirasi dari perjalanan hidup pencipta yang terlahir dari kedua orang tua yang menganut kebudayaan berbeda, karena latar belakang kehidupan pencipta tidak luput dari dua kebudayaan tersebut. Pengkarya hidup ditengah-tengah lingkungan masyarakat yang menganut budaya Minangkabau, sedangkan salah satu orang tua pencipta tetap mempertahankan tradisi Mandailing-nya. Namun dalam kehidupan sehari-hari, pencipta dapat hidup rukun dengan orang tua yang menganut budaya Mandailing, serta tidak ada masalah yang timbul karena perbedaan kebudayaan itu.
Dalam karya musik “Gita Dua Budaya” pencipta bermaksud untuk menyampaikan gambaran penyatuan dua kebudayaan, yaitu kebudayaan Mandailing dan kebudayaan Minangkabau dalam bentuk karya musik. Dimana kebudayaan tersebut dapat hidup berdampingan secara damai dalam satu lingkungan. Hal ini digambarkan dengan perpaduan instrumen musik tradisional Mandailing dan instrumen musik tradisional Minangkabau yang dimainkan bersama instrumen musik lainnya sebagai pendukung.

2. Isi Garapan
Dalam penyusunan gagasan garapan, pengkarya mengambil konsep pola kehidupan di lingkungan pencipta yang hidup dengan orang tua yang berbeda kebudayaan, yaitu kebudayaan Minangkabau dan Mandailing. Terkait dengan percampuran kebudayaan (akulturasi), masalah yang menyangkut tentang jalannya suatu proses akulturasi adalah masalah aneka warna sosial budaya.

3. Materi Garapan
Karya musik ini digarap dengan ide pengolahan pelahiran rythem maupun melodi pada bunyi yang diproduksi oleh instrumen musik modern ditambah dengan instrumen musik tradisional Minangkabau dan instrumen musik tradisional Mandailing. Walaupun dalam penggarapan karya musik ini banyak menggunakan instrumen musik modern, namun dari segi musikalitas yang dihasilkan tetap tidak menghilangkan ciri khas dari masing-masing kebudayaan tersebut.
4. Deskripsi Sajian
Karya seni “Gita Dua Budaya” merupakan model garapan satu bagian dalam beberapa bentuk. Satu bagian tersusun secara berurutan dalam beberapa bentuk, yaitu bagian I, bagian II, dan bagian III yang dijelaskan sebagai berikut:
Bagian I
Bagian satu ini dimulai dengan permainan solo suling secara free mood. Setelah permainan suling salah seorang pemain berbicara dengan bahasa Mandailing sebagai himbauan. Kemudian gandang tambua masuk memainkan pola rhytem gordang sambilan. Setelah beberapa bar salah seorang pemain kembali berbicara dengan bahasa mandailing, akan tetapi pola rhytem yang dimainkan dengan gandang tambua tetap berjalan dengan dinamik yang sedikit pelan. Lalu dinamik gandang tambua kembali seperti biasa, kemudian pelan lagi seiring dengan pembicaraan bahasa mandailing yang ketiga kalinya. Kemudian gandang tambua melakukan fade out dan masuklah gandang katindik dengan pola rhytem yang diiringi dengan suling. Bagian ini dianggap sebagai intro untuk masuknya lagu onang-onang. Lagu onang-onang berjalan dengan diiringi suling. Setelah lagu onang-onang selesai, gandang katindik melakukan fade out. Lagu onang-onang sendiri masuk pada bar ke 39 setelah suling selesai memainkan melodi pengantar.
Berikut adalah contoh bagian masuknya lagu onang-onang

Bagian II
Pada awal bagian dua ini setelah fade out, masuklah pola rhytem talempong pacik yang dimainkan oleh gandang tambua. Kemudian gandang katindik seiring dengan talempong memainkan motif talempong pacik sebanyak beberapa bar sampai nuansa Minangkabau muncul. Kemudian melodi dari sarunai mengisi motif talempong pacik sebanyak beberapa bar.
Setelah nuansa Minangkabau dirasakan cukup kental, barulah semua instrumen diam dan lagu tak tontong masuk sebanyak empat kali pengulangan. Lagu pertama dinyanyikan oleh salah seorang pemain, dan tiga lagu lagi dinyanyikan oleh semua pemain. Kemudian semua instrument melakukan unisono sebanyak satu bar. Lalu, masuklah melodi lagu tak tontong yang dimainkan oleh gitar elektrik sebanyak dua kali. Kemudian disambut oleh melodi dari talempong sebanyak empat bar, dan bagian inipun dimainkan sebanyak dua kali pengulangan. Setelah itu, semua instrument kembali melakukan unisono sebanyak satu bar. Kemudian motif talempong pacik kembali muncul, akan tetapi kali ini disaat motif talempong pacik berjalan, instrument drum set, gitar elektrik, gitar bass, dan keyboard memainkan pola rhytem secara unisono sebanyak empat kali. Yang mana jarak diantara unisono tersebut adalah delapan ketuk. Setelah itu semua instrument yang mempunyai nada bermain pola rhytem yang hampir sama dengan unisono sebelumnya, diiringi dengan beat yang dimainkan oleh drum set dan gandang katindik.
Berikut adalah contoh bagian ketika gitar memainkan melodi lagu tak-tontong :

Bagian III
Setelah akhir dari bagian dua, suling masuk memainkan melodi diiringi chord oleh gitar bass, keyboard dan gitar elektrik yang dibungkus beat oleh drum set dan gandang katindik sebanyak delapan bar. Kemudian talempong mengisi melodi dengan rhytem yang berulang-ulang sebanyak delapan bar pula, akan tetapi di alas oleh semua instrument dengan memakai syncop pada empat bar pertama dan memakai beat pada empat bar terakhir. Kemudian suling kembali mengisi melodi diiringi dengan rhytem dan chord dari instrument lainnya sebanyak delapan bar. Kemudian tinggalah talempong dan gandang katindik bermain sebanyak empat bar disambut dengan semua instrument pada bar terakhir. Begitulah perjalanan komposisi pada bagian tiga ini.
Berikut adalah contoh dimana suling mengambil bagian mengisi melodi utama dengan diiringi rhytem dan chord dari instrumen lainnya :

Berikut ini adalah contoh dimana talempong mengambil bagian mengisi melodi utama dengan rhytem yang berulang-ulang:







D. SIMPULAN DAN SARAN
Akulturasi merupakan fenomena yang sudah sering kita jumpai dalam tiap-tiap daerah di Indonesia, khususnya Sumatera Barat. Dengan adanya perbedaan kebudayaan dalam apa yang dinamakan akulturasi tersebut, kita seharusnya tidak menjadikan perbedaan itu sebagai dinding pemisah. Tetapi jadikanlah sebagai media untuk saling mengetahui satu sama lain antar penganut kebudayaan, sebagai alat penumbuh rasa toleransi antar manusia yang berbudaya, sebagai semangat pembaharuan dalam berkreatifitas. Pada akhirnya pengkarya berharap pemikiran ini tidak berhenti sampai disini. Masih banyak pandangan, pemikiran, konsep dan tawaran lain yang mungkin lebih baik. Tetapi akan sangat lebih baik lagi apabila pandangan, pemikiran, konsep serta tawaran lain itu dituangkan kedalam karya-karya. Apa artinya pemikir tanpa adanya buah pikiran.
Dengan disajikannya karya musik ini, pengkarya bisa mengharapkan agar kepada mahasiswa khususnya mahasiswa Sendratasik, dapat berkarya sebagai pengabdian pada dunia akademik dan budaya bangsa Indonesia. Masih banyak alternatif untuk mengembangkan kesenian tradisional yang dimiliki oleh berbagai etnis di Indonesia. Kesenian-kesenian tradisional itu dapat digarap dengan bentuk tradisional maupun dengan berbagai genre musik yang ada. Kita adalah bangsa yang berbudaya, sangat disayangkan apabila anak bangsa seolah-olah buta akan budaya bangsanya. Oleh karena itu, cintailah budaya bangsa, hargailah keanekaragaman budaya. Tuangkanlah pemikiran-pemikiran dalam wadah karya. Mudah-mudahan dengan banyaknya mahasiswa berkarya, mahasiswa Mudah-mudahan dengan banyaknya mahasiswa berkarya, mahasiswa Jurusan Sendratasik khususnya dan lembaga Universitas Negeri Padang pada umumnya dapat menjadi lebih aktif, kreatif, dan inovatif.

Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan laporan karya seni Sandra Syarif setelah melalui rujukan dengan pembimbing I Drs. Wimbrayardi, M. Sn, dan pembimbing II Syeilendra S. Kar, M. Hum.

DAFTAR RUJUKAN
Arianto, Deni. 2007. Duo Culture. Sendratasik Universitas Negeri Padang.
Banoe, Pono.2003. Kamus Musik Kanisius.Yogyakarta.
Budidharma, Pra. 2001. Pengantar Komposisi dan Aransemen. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Edwar. 2009. Tak tontong. Sendratasik Universitas Negeri Padang.
Kaemmer, Jhon E. 1993. Music in Human Live, Anthropological Perspectives on Music. University of Texas Press.
Austin. Soedarsono 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Balai pustaka. Jakarta.
Strube, Gustav. 1712. Theory and Use of Chords. A Text-Book of Harmony. Oliver Diston Company. Theodore Presser Co. Distributors. Philadelphia
www.goodreads.com/book/show/4850926-music-in-human-life


Source: ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/download/1240/1072
[PDF]

80 GITA DUA BUDAYA Sandra Syarif , Wimbrayardi , Syeilendra



Tidak ada komentar:

Posting Komentar