Mahasiswa
penulis karya seni: Sandra Syarif
Pembimbing
I: Wimbrayardi, Dosen jurusan Sendratasik FBS UNP
Pembimbung
II: Syeilendra, dosen jurusan Sendratasik FBS UNP
Program
Studi Pendidikan Sendratasik FBS
Universitas
Negeri Padang
Email : anda_jazzy@yahoo.com
ABSTRACT
The artwork Gita Dua Budaya was inspired by the life journey of
its composer that was born in the family which has two different cultures. They
are Minangkabau and Mandailing existed among modern and heterogenic society.
This musical artwork was aimed at : (1) combining two traditional arts,
Minangkabau traditional art and Mandailing traditional art, that were generated
from the traditional instruments of each culture and added by modern
instruments. (2) raising love toward the traditional art of Minangkabau and
Mandailing particularly for the young generations. (3) encouraging to do
further study on traditional artworks in the archipelago. (4) Motivating the
students of Drama, Dance and Music to find the positive experiences in
improving the ability and the quality of playing music.
Kata kunci : Budaya, Kesenian, Mandailing, Minangkabau, Musik Tradisonal.
Kata kunci : Budaya, Kesenian, Mandailing, Minangkabau, Musik Tradisonal.
A.
PENDAHULUAN
Budaya adalah salah satu sumber utama dari sistem tata nilai yang
dihayati dan dianut seseorang (Koentjaraningrat). Budaya itulah yang merupakan
identitas dari suatu daerah. Karena budaya terlahir dari aspek kehidupan
masyarakat dalam suatu daerah. Kebudayaan itu juga tumbuh dan berkembang sesuai
dengan kehidupan dan pola pikir masyarakatnya. Contoh yang nyata dari
perkembangan kebudayaan itu adalah dalam hal kesenian. Kesenian merupakan hasil
imajinasi, gagasan, dan sentuhan tangan manusia yang berhubungan dengan
keindahan. Kesenian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Sehubungan
dengan itu dapat dilihat bahwa dalam proses perkembangan kebudayaan, nilai
estetika mempunyai kedudukan penting, dia bukan saja berupa ekspresi yang
menyimak keindahan yang memperkaya batin, namun juga berfungsi sebagai media
yang memperhalus budi pekerti.
Mandailing adalah nama sebuah suku bangsa yang mendiami wilayah
Kabupaten Tapanuli Selatan di provinsi Sumatera Utara. Menurut tradisinya, orang
Mandailing menamakan wilayah etnis mereka Tano Rura Mandailing yang artinya Tanah Lembah Mandailing. Tapi nama yang
populer sampai sekarang adalah Mandailing, sesuai dengan nama suku bangsa yang
mendiaminya. Sedangkan Minangkabau adalah nama bentuk kebudayaan yang terdapat
di provinsi Sumatera Barat. Masyarakat yang menganut kebudayaan ini disebut
dengan orang Minang.
Masyarakat Mandailing juga mempunyai
kesenian musik tradisional yang diwariskan secara turun-temurun yang mereka
sebut dengan ungkapan “uning-uningan ni ompunta na parjolo sundut i”. Artinya
adalah, seni musik dari para leluhur. Salah satu kesenian musik tradisional
yang cukup terkenal dari mandailing adalah Kesenian gordang sambilan. Kesenian
ini dimainkan dalam berbagai upacara adat dan ritual. Kesenian tradisional yang
berupa musik juga banyak terdapat di Minangkabau, seperti Saluang, Dendang,
Rabab, Salawat Dulang dan lain-lain. Kesenian ini selain untuk hiburan, juga
berfungsi untuk upacara-upacara adat di Minangkabau. Pada kenyataannya, saat
ini kesenian tradisional Minangkabau tersebut tidak hanya dimainkan dengan
isntrumen musik tradisional saja, tetapi sudah dimainkan bersama dengan
instrumen modern lainnya.
Karena pengkarya terlahir dari
perkawinan silang antara orang Mandailing dan Minangkabau, dan hidup
ditengah-tengah masyrakat kota yang heterogen inilah yang membuat pengkarya
terinspirasi untuk menggarap sebuah karya musik memadukan kedua kebudayaan
tersebut dengan garapan yang dimainkan dengan memakai alat musik modern tanpa
menghilangkan karakter dari masing-masing budaya tersebut. Pengkarya mencoba
menginterpretasikan suasana yang terjadi dalam kehidupan pengkarya yang
terlahir dari perkawinan silang orang Mandailing dan orang Minangkabau yang
hidup ditengah-tengah masyarakat kota yang heterogen.
Dari pernyataan diatas pengkarya
berpendapat bahwa, masyarakat dengan kebudayaan yang berbeda dapat hidup
berdampingan dalam satu gologan masyarakat selagi masyarakat itu dapat saling
meghargai satu sama lain. Hikmah yang dapat pencipta kutip dari hal ini adalah
bahwa akan ada variasi dan semangat baru bagi dua kebudayaan yang hidup
berdampingan ditengah-tengah masyarakat heterogen, dan budaya itu akan
berkembang sesuai zaman, kebutuhan, pola pikir masyarakatya, serta pegaruh dari
budaya asing.
B. METODOLOGI
KARYA SENI
Jhon E.Keammer didalam bukunya Musik In
Human Life Antrhopological Perspective on musik 1993: 155 (Musik dalam
kehidupan manusia, pandangan antropologi terhadap musik) menyatakan bahwa,
makna musik pada dasarnya terdiri dari tiga macam. Musik sering mendapatkan
makna berdasarkan apa yang dibunyikannya, yang dinamakan makna Simbolis atau
makna referensial. Jenis makna kedua, yang dinamakan makna Estetis, makna
non-referensial atau makna absolut, berkaitan dengan apa musik itu, yaitu apa
yang disampaikan bunyi musik tersebut tanpa merujuk kepada sesuatu yang lain.
Dalam masyarakat pada umumnya, makna utama musik adalah makna Pragmatis,
artinya musik tersebut digunakan untuk mendapatkan keuntungan.
Ketika para antropolog mulai menjelajahi
seluruh bagian dunia pada awal abad ke 20, para antropolog menemukan
orang-orang yang sangat cerdas dan terbuka yang dengan serius mengungkapkan
pandangan mereka mengenai dunia berdasarkan latar belakang yang diberikan oleh
masyarakat mereka. Penemuan-penemuan ini menghasilkan kesimpulan bahwa
proses-proses mental alami semua umat manusia pada dasarnya sama, dan bahwa
cara orang lain melakukan sesuatu tidak mesti menunjukkan kurangnya kemajuan.
Karena itu, muncul salah satu dari pandangan-pandangan utama antropologi: bahwa
masyarakat dan kebudayaan seseorang sangat penting dalam menentukan apa yang
dilakukan seseorang. Ini juga berlaku untuk tingkah laku yang menjadi ciri
seluruh kelompok masyarakat, termasuk musik mereka. Fakta bahwa sebagian
masyarakat di dunia memiliki bentuk-bentuk musik yang relatif sederhana tidak
lagi dianggap disebabkan oleh ketidaktahuan atau kesalahan orang yang
bersangkutan, tapi disebabkan oleh cara orang-orang di dalam berbagai masyarakat
belajar memainkan dan memahami musik. Karena itu, penjelasan mengenai tradisi
musik yang sangat beragam mulai dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan dalam
latar belakang sejarah dan dinamika kehidupan di dalam masyarakat.
Cara membedakan masing-masing bagian
musik juga merupakan salah satu aspek yang berbeda antar daerah dalam konsep
mengenai musik. Dalam masyarakat Barat melodi dan ritme biasanya dianggap
sebagai bagian yang sangat menentukan dalam sebuah lagu, dan walaupun orang
dapat menempatkan kata-kata yang berbeda untuk sebuah lagu, namun lagu tersebut
tidak dianggap sebagai lagu baru, tapi lagu yang sama dengan kata-kata baru.
Sebagian masyarakat menganggap teks menentukan identitas sebuah lagu, walaupun
nadanya sama untuk beberapa lagu (Feld, 1982:214).
Menurut Jhon E.Keammer Musik In Human
Life Antrhopological Perspective on musik 1993:103, musik juga merupakan bagian
dari kebudayaan ekspresif. Kebudayaan ekspresif tidak hanya terdiri dari
ekspresi. Kebudayaan ini juga mencakup bentuk-bentuk sandiwara, cara
mengkomunikasikan informasi, dan apresiasi estetika (nilai keindahan). Musik
hanyalah salah satu dari beberapa cara manusia untuk menikmati semua ini.
Kebudayaan ini juga mencakup olah raga dan pertandingan, cerita rakyat, agama,
bahasa, sastra, seni, tari, dan teater. Musik sering berpadu dengan aspek-aspek
kebudayaan ekspresif lainnya, yang sebagian di antaranya menimbulkan pengaruh
terhadap musik.
Walaupun musik kadang-kadang dihubungkan
dengan adaptasi lingkungan, musik memainkan peran yang jauh lebih besar dalam
mempengaruhi tingkah laku individu dan cara-cara di mana interaksi manusia
menghasilkan norma-norma sosial. Sistem saraf manusia, sebagai sistem alami
lainnya, tidak hanya memerlukan pemeliharaan fisik, tapi juga suatu jenis integrasi
(penyatuan) yang berarti atas pengalaman-pengalaman hidup pada diri setiap
individu. Hubungan antara kehidupan sosial dan ketentuan sistem saraf manusia
menggambarkan pertanyaan mengenai motivasi indvidual dan pembuatan keputusan.
Pemahaman yang lebih baik mengenai
berbagai kegunaan dan fungsi musik akan menimbulkan pertimbangan mengenai
apakah sebagian fungsi positif musik dapat memberikan sesuatu bagi kehidupan
masyarakat. Musik dapat membantu masyarakat dengan menanamkan rasa kerjasama
yang dapat menghadapi efek antisosial dari orang-orang yang bertindak menurut
kata hatinya sendiri. Hal ini sangat penting bagi partisipasi efektif di dalam
kehidupan dalam masyarakat yang kompleks. Musik juga membantu masyarakat
melakukan adaptasi karena musik memberikan cara untuk mengurangi kebosanan
dengan meningkatkan tantangan mental dan variasi dalam pengalaman hidup. Bila
musik tersebut sederhana dan tidak berkembang, maka musik tersebut telah gagal
berfungsi dalam hal ini.
Alasan penting mengenai usaha
mempelajari proses-proses perubahan adalah mengetahui bagaimana perubahan
positif dapat dihasilkan secara kreatif. Bila situasi yang ada memerlukan
perbaikan, apa yang dapat dilakukan orang untuk menghasilkan perubahan positif.
Bentuk-bentuk musik internasional jelas meningkat, dan diharapkan bahwa
sejumlah bentuk musik yang kurang dikenal yang ada di dunia akhirnya akan
memberikan sumbangan berharga terhadap khazanah musik dunia.
C. PEMBAHASAN
1. Gagasan
Karya Seni
Seorang pencipta musik berkaraya untuk
memenuhi desakan batin dan menciptakan wujud baru yang merupakan hasil
tanggapan terhadap pengalaman hidup dari seorang pencipta. Pencipta
mengembangkan potensi kreativitasnya yang didapat dari pengalaman hidup yang pernah
dijalaninya dan ikut berinteraksi dalam lingkungan tersebut. Lingkungan
membentuk dan mempengaruhi sifat serta kepribadian pencipta dalam menuangkan
ide dalam karya.
Karya musik ini terinspirasi dari
perjalanan hidup pencipta yang terlahir dari kedua orang tua yang menganut
kebudayaan berbeda, karena latar belakang kehidupan pencipta tidak luput dari
dua kebudayaan tersebut. Pengkarya hidup ditengah-tengah lingkungan masyarakat
yang menganut budaya Minangkabau, sedangkan salah satu orang tua pencipta tetap
mempertahankan tradisi Mandailing-nya. Namun dalam kehidupan sehari-hari,
pencipta dapat hidup rukun dengan orang tua yang menganut budaya Mandailing,
serta tidak ada masalah yang timbul karena perbedaan kebudayaan itu.
Dalam karya musik “Gita Dua Budaya”
pencipta bermaksud untuk menyampaikan gambaran penyatuan dua kebudayaan, yaitu
kebudayaan Mandailing dan kebudayaan Minangkabau dalam bentuk karya musik.
Dimana kebudayaan tersebut dapat hidup berdampingan secara damai dalam satu
lingkungan. Hal ini digambarkan dengan perpaduan instrumen musik tradisional
Mandailing dan instrumen musik tradisional Minangkabau yang dimainkan bersama
instrumen musik lainnya sebagai pendukung.
2. Isi
Garapan
Dalam penyusunan gagasan garapan,
pengkarya mengambil konsep pola kehidupan di lingkungan pencipta yang hidup
dengan orang tua yang berbeda kebudayaan, yaitu kebudayaan Minangkabau dan
Mandailing. Terkait dengan percampuran kebudayaan (akulturasi), masalah yang menyangkut
tentang jalannya suatu proses akulturasi adalah masalah aneka warna sosial
budaya.
3. Materi
Garapan
Karya musik ini digarap dengan ide
pengolahan pelahiran rythem maupun melodi pada bunyi yang diproduksi oleh
instrumen musik modern ditambah dengan instrumen musik tradisional Minangkabau
dan instrumen musik tradisional Mandailing. Walaupun dalam penggarapan karya
musik ini banyak menggunakan instrumen musik modern, namun dari segi
musikalitas yang dihasilkan tetap tidak menghilangkan ciri khas dari
masing-masing kebudayaan tersebut.
4. Deskripsi
Sajian
Karya seni “Gita Dua Budaya” merupakan
model garapan satu bagian dalam beberapa bentuk. Satu bagian tersusun secara
berurutan dalam beberapa bentuk, yaitu bagian I, bagian II, dan bagian III yang
dijelaskan sebagai berikut:
Bagian
I
Bagian satu ini dimulai dengan permainan
solo suling secara free mood. Setelah permainan suling salah seorang pemain
berbicara dengan bahasa Mandailing sebagai himbauan. Kemudian gandang tambua
masuk memainkan pola rhytem gordang sambilan. Setelah beberapa bar salah
seorang pemain kembali berbicara dengan bahasa mandailing, akan tetapi pola
rhytem yang dimainkan dengan gandang tambua tetap berjalan dengan dinamik yang
sedikit pelan. Lalu dinamik gandang tambua kembali seperti biasa, kemudian
pelan lagi seiring dengan pembicaraan bahasa mandailing yang ketiga kalinya.
Kemudian gandang tambua melakukan fade out dan masuklah gandang katindik dengan
pola rhytem yang diiringi dengan suling. Bagian ini dianggap sebagai intro
untuk masuknya lagu onang-onang. Lagu onang-onang berjalan dengan diiringi
suling. Setelah lagu onang-onang selesai, gandang katindik melakukan fade out.
Lagu onang-onang sendiri masuk pada bar ke 39 setelah suling selesai memainkan
melodi pengantar.
Berikut adalah contoh bagian masuknya lagu
onang-onang
Bagian
II
Pada awal bagian dua ini setelah fade
out, masuklah pola rhytem talempong pacik yang dimainkan oleh gandang tambua.
Kemudian gandang katindik seiring dengan talempong memainkan motif talempong
pacik sebanyak beberapa bar sampai nuansa Minangkabau muncul. Kemudian melodi
dari sarunai mengisi motif talempong pacik sebanyak beberapa bar.
Setelah nuansa Minangkabau dirasakan
cukup kental, barulah semua instrumen diam dan lagu tak tontong masuk sebanyak
empat kali pengulangan. Lagu pertama dinyanyikan oleh salah seorang pemain, dan
tiga lagu lagi dinyanyikan oleh semua pemain. Kemudian semua instrument
melakukan unisono sebanyak satu bar. Lalu, masuklah melodi lagu tak tontong
yang dimainkan oleh gitar elektrik sebanyak dua kali. Kemudian disambut oleh
melodi dari talempong sebanyak empat bar, dan bagian inipun dimainkan sebanyak
dua kali pengulangan. Setelah itu, semua instrument kembali melakukan unisono
sebanyak satu bar. Kemudian motif talempong pacik kembali muncul, akan tetapi
kali ini disaat motif talempong pacik berjalan, instrument drum set, gitar
elektrik, gitar bass, dan keyboard memainkan pola rhytem secara unisono
sebanyak empat kali. Yang mana jarak diantara unisono tersebut adalah delapan
ketuk. Setelah itu semua instrument yang mempunyai nada bermain pola rhytem
yang hampir sama dengan unisono sebelumnya, diiringi dengan beat yang dimainkan
oleh drum set dan gandang katindik.
Berikut adalah contoh bagian ketika
gitar memainkan melodi lagu tak-tontong :
Bagian
III
Setelah akhir dari bagian dua, suling
masuk memainkan melodi diiringi chord oleh gitar bass, keyboard dan gitar
elektrik yang dibungkus beat oleh drum set dan gandang katindik sebanyak
delapan bar. Kemudian talempong mengisi melodi dengan rhytem yang
berulang-ulang sebanyak delapan bar pula, akan tetapi di alas oleh semua
instrument dengan memakai syncop pada empat bar pertama dan memakai beat pada
empat bar terakhir. Kemudian suling kembali mengisi melodi diiringi dengan
rhytem dan chord dari instrument lainnya sebanyak delapan bar. Kemudian
tinggalah talempong dan gandang katindik bermain sebanyak empat bar disambut
dengan semua instrument pada bar terakhir. Begitulah perjalanan komposisi pada
bagian tiga ini.
Berikut adalah contoh dimana suling
mengambil bagian mengisi melodi utama dengan diiringi rhytem dan chord dari
instrumen lainnya :
Berikut ini adalah contoh dimana
talempong mengambil bagian mengisi melodi utama dengan rhytem yang
berulang-ulang:
D. SIMPULAN
DAN SARAN
Akulturasi merupakan fenomena yang sudah
sering kita jumpai dalam tiap-tiap daerah di Indonesia, khususnya Sumatera
Barat. Dengan adanya perbedaan kebudayaan dalam apa yang dinamakan akulturasi
tersebut, kita seharusnya tidak menjadikan perbedaan itu sebagai dinding
pemisah. Tetapi jadikanlah sebagai media untuk saling mengetahui satu sama lain
antar penganut kebudayaan, sebagai alat penumbuh rasa toleransi antar manusia
yang berbudaya, sebagai semangat pembaharuan dalam berkreatifitas. Pada
akhirnya pengkarya berharap pemikiran ini tidak berhenti sampai disini. Masih
banyak pandangan, pemikiran, konsep dan tawaran lain yang mungkin lebih baik.
Tetapi akan sangat lebih baik lagi apabila pandangan, pemikiran, konsep serta
tawaran lain itu dituangkan kedalam karya-karya. Apa artinya pemikir tanpa
adanya buah pikiran.
Dengan disajikannya karya musik ini,
pengkarya bisa mengharapkan agar kepada mahasiswa khususnya mahasiswa
Sendratasik, dapat berkarya sebagai pengabdian pada dunia akademik dan budaya
bangsa Indonesia. Masih banyak alternatif untuk mengembangkan kesenian
tradisional yang dimiliki oleh berbagai etnis di Indonesia. Kesenian-kesenian
tradisional itu dapat digarap dengan bentuk tradisional maupun dengan berbagai
genre musik yang ada. Kita adalah bangsa yang berbudaya, sangat disayangkan
apabila anak bangsa seolah-olah buta akan budaya bangsanya. Oleh karena itu,
cintailah budaya bangsa, hargailah keanekaragaman budaya. Tuangkanlah
pemikiran-pemikiran dalam wadah karya. Mudah-mudahan dengan banyaknya mahasiswa
berkarya, mahasiswa Mudah-mudahan dengan banyaknya mahasiswa berkarya,
mahasiswa Jurusan Sendratasik khususnya dan lembaga Universitas Negeri Padang
pada umumnya dapat menjadi lebih aktif, kreatif, dan inovatif.
Catatan: Artikel ini disusun berdasarkan laporan karya seni
Sandra Syarif setelah melalui rujukan dengan pembimbing I Drs. Wimbrayardi, M.
Sn, dan pembimbing II Syeilendra S. Kar, M. Hum.
DAFTAR RUJUKAN
Arianto, Deni.
2007. Duo Culture. Sendratasik Universitas Negeri Padang.
Banoe,
Pono.2003. Kamus Musik Kanisius.Yogyakarta.
Budidharma, Pra.
2001. Pengantar Komposisi dan Aransemen. PT Elex Media Komputindo.
Jakarta.
Edwar. 2009. Tak
tontong. Sendratasik Universitas Negeri Padang.
Kaemmer, Jhon E.
1993. Music in Human Live, Anthropological Perspectives on Music. University
of Texas Press.
Austin.
Soedarsono 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Balai pustaka. Jakarta.
Strube, Gustav.
1712. Theory and Use of Chords. A Text-Book of Harmony. Oliver Diston
Company. Theodore Presser Co. Distributors. Philadelphia
www.goodreads.com/book/show/4850926-music-in-human-life
Source: ejournal.unp.ac.id/index.php/sendratasik/article/download/1240/1072
Tidak ada komentar:
Posting Komentar